top of page
Search

Musafir Pemetik Bintang - Profil Andry Chang, Kreator Everna Saga dan Inisiator Evernade



Andry Chang, Musafir Pemetik Bintang

Transkrip Wawancara untuk I-Cast. Pewawancara: Iyan Feris


Iyan: Selamat datang, Mas Andry dalam I-Cast bersama saya, Iyan Feris. Andry Chang ini adalah kreator dan penulis Everna Saga dan Adilaga. Beliau ini sudah banyak merilis karya, baik berupa novel, komik, webkomik maupun game. Silakan Mas Andry memperkenalkan diri lebih dahulu.


Andry: Halo, perkenalkan, nama saya Andry Chang. Saya adalah penulis multimedia dengan spesialisasi utama genre fantasi action, epik dan petualangan. Sejauh ini saya telah merilis lebih dari sepuluh novel dan antologi cetak, satu major dan selebihnya indie.

Sebentar lagi ada novel major kedua saya akan terbit, berjudul “Everna: Rajni Sari”. Penerbitnya adalah PT. Elex Media Komputindo dan novel itu akan tersedia di toko-toko buku di seluruh Indonesia.

Saya juga merilis tiga game, empat webkomik dan berkolaborasi dengan IP-IP dan studio-studio lainny, di antaranya dengan Tim EVOS E-Sports, Kisai Entertainment dan Haka Games.


Iyan: Wah, sudah banyak sekali, ya. Satu hal yang membuat penasaran, bagaimana awalnya Mas Andry bisa mulai menulis, dan sejak kapankah itu?


Andry: Tanpa terasa, saya sudah lima belas tahun berkecimpung di dunia kepenulisan, tepatnya sejak tahun 2005. Sebenarnya saya seorang pemilik toko dan tak pernah sedikitpun berpikir ingin jadi penulis. Kebetulan salah satu hobi saya adalah menggambar, dan sejak SD saya suka menggambar tokoh-tokoh buatan saya sendiri untuk menghibur diri.

Suatu malam di tahun 2005, saya bermimpi tokoh-tokoh ciptaan saya itu jadi hidup, berperan dalam cerita dan minta kisah mereka diceritakan. Saya bangun jam tiga pagi, lalu cepat-cepat mencatat mimpi saya itu. Jadilah plot untuk novel trilogi dan saya segera mulai menulis ceritanya dalam Bahasa Inggris.

Saya lalu menerjemahkan novel berjudul Fireheart itu ke Bahasa Indonesia dan menawarkannya pada penerbit-penerbit lokal. Baru di tahun 2008 novel pertama saya yang berjudul “Fireheart: Sang Pemburu, Buku Pertama Legenda Paladin” terbit lewat Sheila, imprint Andi Publisher.

Tak berhenti di sana, saya coba berlatih lagi dengan menulis cerpen-cerpen yang nantinya saya kumpulkan dan terbit indie dengan judul “Everna: Barat dan Timur”. Novel “Fireheart” saya buat gamenya dengan judul “Fireheart: Legend of the Paladins”. Game ini sempat merebut Juara 2 dalam Atma Jaya Game Show 2010.

Namun, novel Fireheart Jilid 2 ditolak penerbit yang sama karena satu dan lain hal. Saya sempat down, tapi saya akhirnya memutuskan untuk terus mengasah diri saja. Saya menyelesaikan draft pertama novel “Everna: Maven”, sambil mengikuti beberapa kompetisi menulis cerpen.

Baru di tahun 2012 momentum muncul. Saya menjadi Juara 1 dalam lomba cerpen komunitas Cersil De jia bertajuk “Qi Xi”, satu cerpen saya dimuat di Majalah Story dan cerpen saya jadi Juara Favorit Kedua dalam Kompetisi Cerpen Vandaria Saga dan terbit dalam antologi “Vandaria Saga: Kristalisasi”.

Di akhir tahun 2015, setelah merampungkan novel “Adilaga”, saya memberanikan diri untuk mengajak teman-teman penulis lain untuk berkolaborasi dalam kumpulan cerpen Everna Saga. Di luar dugaan, ajakan saya disambut hangat sehingga di akhir tahun 2015 itu terbitlah dua antologi pertama Everna Saga, yaitu “Everna: Hikayat Tiga Zaman” dan “Everna: Utara dan Selatan.” Di tahun 2016 “Everna: Barat dan Timur” terbit bersama “Everna: Morf dan Bajak Laut Flamenca.”

Setelahnya, saya menulis ulang “Fireheart” dan merampungkan seluruh serialnya menjadi lima jilid, yaitu “Everna: Elang Merah”, “Everna: Matahari Biru”, “Everna: Topeng Emas”, “Everna: Naga Hijau” dan “Everna: Fajar Hitam”.

Novel one-shot “Everna: Maven” terbit tahun 2019 lewat Loka Media, disusul antologi “Everna: Arung Semesta”. Dan di tahun 2020 ini, yang akan segera hadir di toko-toko buku adalah “Everna: Rajni Sari” yang adalah Juara Favorit dalam Kompetisi Comico – Elex Media 2019.

Dan itu belum termasuk novel-novel yang sudah terbit dalam bentuk e-book maupun webkomik di pelbagai platform seperti Noveltoon, Wattpad, Storial dan Kwikku.


Iyan: Luar biasa! Saya jadi ingin tahu, apa rahasianya sehingga Mas Andry merampungkan begitu banyak novel dan lain-lainnya di dunia yang sama, Everna?


Andry: Rahasianya adalah konsistensi. Setelah merampungkan cerita di satu daerah, misalnya yang mirip Eropa, saya mencoba menjelajah lebih jauh ke daerah-daerah lain di pelosok-pelosok Everna.

Karena Dunia Everna adalah Bumi paralel, yaitu dunia yang mirip dengan Bumi di dimensi yang berbeda, kita bisa menyesuaikan ide-ide dan draft-draft cerita dengan latar belakang daerah yang diinginkan, baik dalam bentuk novel, cerita pendek ataupun komik. Setiap kali ada ide baru atau sebuah pemikiran yang ingin disampaikan pada pembaca muncul, kita bisa menerapkannya di latar yang sesuai, baik dari segi geografi, budaya dan “ketersediaan tempat”. Rasanya tak enak memaksakan satu tempat, misalnya “Gunung Dunia” untuk sebenua dengan “Pohon Dunia, Yggdrasil”, misalnya. Jadi saya tempatkan saja di negeri di Everna yang mirip Vietnam dengan nama ala Vietnam, yaitu Thaung Shurian. Bila cocok dengan dunia nyata atau alternatif, saya pakai setting Jakarta atau Indonesia, misalnya dalam novel “Adilaga” di Noveltoon dan antologi “Dunia Dalam Dunia” di Wattpad.

Konsistensi itu dibangun dengan riset secukupnya dan latihan, bereksperimen dengan hal-hal baru, mempelajari teknik penulisan yang baru dan berbeda daripada sebelumnya. Bila “jam terbang” kita sudah banyak, kita bisa sedikit demi sedikit keluar dari “zona nyaman” kita. Misalnya dari spesialis fantasi aksi menjadi fantasi romance, empatik atau drama. Bahkan boleh juga berlatih di genre-genre lain seperti horor dan romance. Saya sendiri pernah mencoba genre-genre mainstream Indonesia itu, dan meraih juara 2 dalam lomba cerpen romance dan dua kali juara 2 untuk lomba cerpen horor. Tapi saya belum berani melangkah ke novel romance atau horor karena merasa belum cukup “terlatih” untuk genre-genre di luar “zona nyaman” saya, yaitu genre fantasi dan science fiction. Mungkin suatu saat saya akan menulis novel genre mainstream, tapi tidak dalam waktu dekat ini.


Iyan: Nah, selain rahasia sukses merampungkan banyak karya, adakah tips, trik dan saran agar para penulis lain jadi bisa sekonsisten dan seproduktif Mas Andry? Tentunya dengan hasil karya yang bermutu pula.


Andry: Sebenarnya banyak sekali yang perlu dipelajari sebagai penulis, termasuk yang paling dasar adalah tata bahasa atau PUEBI (Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia), perbendaharaan kata dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan lain sebagainya. Dengan latihan yang banyak dan terarah, ejaan dan perbendaharaan kata akan makin bagus sehingga tulisan kita jadi lebih nyaman dibaca. Selain itu, teruslah belajar. Tumpuklah sebanyak mungkin pengetahuan tentang latar tulisan dan lakukan riset, agar tulisan kita jadi lebih berbobot dan logis, bukan jadi “pembodohan” bagi pembaca.

Tips kedua dari saya adalah mindset. Coba pikir, apa tujuan kita menulis? Apakah untuk mencari uang, hobi, atau memuaskan hasrat dan mimpi saja? Mindset saya adalah, saya memandang diri saya tak hanya sebagai penulis, tapi sebagai pengembang Intellectual Property Brand. Jadi, sambil menulis, kita sekaligus membangun brand sesuai jenis yang kita pilih.

Siapa atau apa saja yang mau kita jadikan brand? Bisa diri sendiri sebagai penulis, contoh Tere Liye dan Dee Lestari. Bisa jadi brandnya adalah tokoh utama dalam cerita seperti Dilan dan Si Juki. Bisa juga dari judul besar seperti Star Wars dan Star Trek, bahkan dunia atau universe, contohnya Everna dan Narnia.

Langkah ketiga adalah, kembangkanlah brand IP yang telah dipilih itu dengan konsisten, tentukan sejauh mana brand itu ingin dikembangkan, apakah untuk pasar lokal, regional atau dunia. Yang paling mudah adalah brand dari nama pena penulis sendiri. Penulis bebas memilih genre dan latar untuk ceritanya dan tinggal mengembangkan mutu tulisannya saja, sehingga ia menjadi terkenal dan “punya nama”.

Di tingkat yang lebih lanjut, penulis harus menjadi kreator yang mengembangkan brand yang adalah nama tokoh utama, judul atau nama dunia. Brand-brand dari nama tokoh utama yang sukses di Indonesia di antaranya adalah Si Juki dan Dilan. Sedangkan brand dari judul misalnya Komik Ga Jelas dan Ghosty Comic. Brand dari universe yang cukup sukses adalah Ther Melian dan Vandaria. Saya sendiri memilih brand berdasarkan nama dunia ciptaan sendiri yaitu Everna, nama pena saya yaitu Andry Chang dan dari judul, yaitu Adilaga.

Setelah menetapkan brand IP, kita perlu mengembangkannya. Kita harus menjalankan setiap proyek yang telah dimulai sampai selesai, entah itu novel, game, komik atau media apapun. Entah apakah skill kita sudah mantap atau belum, hanya ada tiga hal yang perlu dilakukan sambil mengembangkan IP, yaitu latihan, latihan dan latihan. Setelah melakukan semua itu, tinggal satu faktor lagi yang akan menentukan saat tibanya kesuksesan, yaitu faktor keberuntungan. So, good luck!


Iyan: Wah, menarik sekali! Bahkan tips-tips dan langkah-langkah untuk menjadi penulis dijelaskan secara terstruktur. Satu hal lagi, apakah tips-tips itu juga berlaku untuk pelaku industri perfilman seperti saya?


Andry: Tentu saja. Entah apakah ingin mengembangkan brand sendiri atau mendukung brand-brand y ang sudah ada, semua langkah itu dapat diterapkan oleh siapa saja. Kita tak perlu jadi jenius untuk sukses, tapi kita bisa terus belajar, berlatih dan bekerja keras untuk mencapainya.


Iyan: Terima kasih banyak untuk sharing pengalaman dan tipsnya, semoga Mas Andry Chang makin sukses. Sekian dulu I-Cast kali ini. Saya Iyan Feris undur diri, sampai lain kali!


 
 
 

Comments


Subscribe Form

  • facebook
  • instagram
  • twitter

©2019 by EVERNAL SERENADE. Proudly created with Wix.com

bottom of page