Djokolelono Mengufas Fiksi Fantasi
- Andry Chang
- Feb 28, 2021
- 7 min read
Updated: Mar 1, 2021
MARI BERFANTASI MENGUFAS FANTASI
Makalah oleh: Djokolelono
Untuk Event Talk Show “Berfantasi Tidak Dilarang”
Edisi Weblog oleh: Andry Chang
Bagian 1: Definisi Fantasi
Saya bukan guru. Bukan ahli bahasa. Bukan editor. Saya hanya pengarang. Penulis. Dan sebagai pengarang dan penulis, atau bahkan sebagai manusia awam, saya sering berfantasi.
Lalu, apa sebenarnya fantasi itu?
Sejauh fantasi saya, fantasi berarti membayangkan, menceritakan, melukiskan, mencitrakan hal-hal yang mustahil. Misalnya satu orang biasa, katakanlah namanya Alay Silebay pacaran dengan Britney Spears, pastilah itu fantasi. Bisa saja Alay menggambarkan dirinya semacam selebriti papan atas, bisa mesra dengan Britney yang dianggapnya masih perawan tingting. Dipercaya atau tidak, sangat terserah pada kepiawaian Alay bercerita, berkreasi.
Fantasi adalah suatu hasil dari kreativitas. Dan karenanya, tak ada peraturannya, tak ada larangannya. Penilaian akhir hanyalah: apakah fantasi kita diterima dengan baik oleh siapa pun kepada siapa fantasi kita diceritakan.
Fantasi adalah menggambarkan sesuatu yang tidak terjadi bahkan mungkin tidak akan bisa terjadi. Fantasi adalah suatu keadaan di mana seseorang membayangkan dan mengharapkan sesuatu bisa dialaminya. Fantasi memang tidak berbasis pada realitas tapi bisa diterima bagi mereka yang masuk dan berada di dunia fantasi itu sendiri. Fantasi adalah hasil suatu proses kreatif. Dan proses kreatif tak ada batasannya, tak ada larangannya, dan… tak bisa diajarkan.
Fantasi bisa diterima, kalau penerima fantasi itu bisa menerimanya dengan batasan-batasan yang ada padanya – yang mana batasan-batasan itu sesuai dengan kaidah hubungan antar manusia yang berlaku.
Dalam contoh Alay Silebay dan Britney Spears… kalau misalnya si Alay itu selebriti, pengarang terkenal selevel J.K. Rowling, maka walaupun tampang si Alay agak “minus”, mungkin saja Britney paling tidak tertarik pada si Alay. Atau ternyata Britney adalah agen rahasia yang bertugas menjebak Alay. Dan seterusnya... Itu fantasi yang bisa diterima untuk bisa terjadi, setidaknya mendekati “masuk akal” atau believeable.
Bagian 2: Klasifikasi Fiksi Fantasi
Dalam karya tulis, saya fantasikan ada beberapa macam dan jenis fiksi fantasi:
1. Mythopoeia (High Fantasy)
Ini fantasi yang akhirnya diterima sebagai mitos. Boleh dibilang, ini fantasi pembuat mitos. Mitos sendiri adalah suatu cerita tradisional mengenai sejarah masa lampau tentang suatu kejadian atau peristiwa sosial dan biasanya melibatkan tokoh atau kejadian supranatural.
Mitos Gunung Tangkuban Prahu, misalnya. Secara Ilmiah, dataran Bandung, katanya, berasal dari sebuah danau raksasa. Mungkin kemudian seseorang di zaman dahulu kala membuat kisah fantasi tentang Sangkuriang dan yang lainnya. Begitu piawainya penceritaan fantasi ini hingga akhirnya orang menerima dan percaya bahwa bisa saja itu terjadi.
Dalam sastra dunia ada Lord of the Rings di mana J.R.R. Tolkien berhasil tidak saja membuat suatu mitos asli dan buatan, juga bahasa, kebudayaan dan geografi fantasi.
Chronicles of Narnia dari C.S. Lewis juga termasuk di sini. Dalam film, ada Star Wars-nya George Lucas yang menciptakan mitos berdasarkan bumbu-bumbu yang “diterima” sebagai mitos – The Force, Jedi, Darth Vader dan lainnya seolah adalah gabungan dari kisah Raja Arthur, Mahabharata, cerita-cerita silat dan sebagainya. Harry Potter karya J.K. Rowling bisa juga dimasukkan di sini.
2. Fantasi Kontemporer (Low Fantasy atau Kombinasi Low & High Fantasy)
Fantasi ini berdasarkan setting yang ada di dunia nyata, di zaman yang sekarang sedang berlaku. Di sini keajaiban bisa terjadi mungkin dari makhluk gaib atau orang sakti yang tersesat ke dunia kita dari dunia lain, ataupun tokoh dari dunia kita ke dunia lain.
Dunianya mungkin adalah jagad yang sama sekali baru atau gabungan dunia nyata dan dunia fantasi. Contoh “dunia gabungan” ini adalah Harry Potter J.K. Rowling, yang “dunia”-nya seakan ada, namun tersembunyi dalam dunia nyata. Diagon Alley di London dan sebagainya.
Komik-komik Amerika seperti Mighty Thor yang menggabungkan Asgard dan New York bisa termasuk di sini.
3. Fantasi Anak-anak dan Remaja (Low/Medium/High Fantasy)
Ini adalah sastra remaja dan anak-anak dengan unsur fantasi di dalamnya. Tokohnya biasanya anak-anak atau remaja yang mempunyai kemampuan unik, benda atau bahkan bersahabat dengan tokoh lain yang memiliki kelebihan untuk mengalahkan lawan-lawan yang lebih kuat. Harry Potter adalah ahli sihir yang masih remaja. Contoh lainnya adalah: Alice in Wonderland, The Hobbit, Narnia, Charlie and the Chocolate Factory, Eragon. Percy Jackson and the Olympians dan banyak lagi.
4. Fantasi Urban (Medium/Low Fantasy)
Fantasi urban adalah karya fantasi yang settingnya kota dan kehidupan di kota dan melibatkan aspek-aspek fantasi. Ekstrimnya misalnya kedatangan alien, munculnya makhluk mitologikal, manusia berdampingan dengan makhluk paranormal, konflik antara manusia biasa dan makhluk paranormal dan sebagainya.
5. Membangun Dunia Baru (High Fantasy)
Di sini yang terjadi adalah pembentukan dunia imaginer yang lengkap segala-galanya: geografinya, cuacanya, sejarahnya, penduduknya, bahkan jagad rayanya. Semuanya dibangun sesuai ceritanya. Ini bisa dilakukan dengan dasar ilmiah atau kegaiban, atau gabungan keduanya. Ditentukan juga bahasa dan agamanya, adat-istiadat penduduk, dunia fauna dan floranya.
Contoh dari Fiksi Fantasi Indonesia: Vandaria, Ther Melian, Xar dan Vichattan
Contoh dari karya-karya yang mendunia: Middle-Earth, Narnia, Earthsea
6. Fantasi Jagad Paralel (Medium/High Fantasy)
Jagad paralel adalah suatu jagad yang secara keseluruhan mirip dengan jagad kita tapi punya hukum-hukum alam yang sangat berbeda – dan hadir dalam waktu yang bersamaan. Kedua jagad itu bisa saja berhubungan, bisa juga tidak.
Dalam fantasi tempo dulu, jagad seperti ini sudah ada – surga, neraka, Olympus, kahyaangan, Valhalla. Semuanya itu adalah jagad yang paralel dengan jagad kita. Di fantasi modern jagad seperti ini tampil dan digunakan oleh tokoh cerita dari fantasi pengarang ke fantasi realitas. Perbedaan antara fiksi ilmiah dan fantasi makin kabur saat jagad kita adalah bagian dari jagad paralel yang kita kembangkan.
Apalagi jika keduanya bertemu. Seorang tokoh di dunia yang satu, mungkin punya tokoh yang sama dengannya di dunia yang lain – tapi berbeda sifat dan kepribadiannya. Di dunia yang satu Jepang kalah perang, di dunia lainnya Kaisar Jepang menguasai dunia, dan sebagainya.
Contoh Jagad Paralel: Terra Everna oleh Andry Chang
Contoh di Fiksi Fantasi Indonesia adalah jagad yang dikembangkan Andry Chang: Everna (FireHeart Saga). Konsep yang dianut adalah dunia paralel, yang berada di dimensi yang berbeda dari Planet Bumi yang nyata.
Contoh karya mendunia: Bumi Alternatif (His Dark Materials, Philip Pullman, Fantasi) dan Star Trek (Sci-Fi).
Bagian 3: Menulis Fiksi Fantasi
Apa yang memicu dan memacu fantasi?
Tak beda dengan karya tulis lailn, ilham untuk membuat suatu cerita fantasi bisa datang dari mana saja. Mungkin tergantung kepekaan kita masing-masing terhadap fantasi itu. Ada orang yang begitu melihat apa saja bisa timbul ide fantasinya, namun juga ada yang butuh “rangsangan” seperti game, film, novel, komik, lagu, karya seni, berita, pengalaman pribadi dan lain sebagainya.
Biasanya, pemicunya adalah pertanyaan: Bagaimana kalau…? (What if)
Contohnya, saat naik busway, misalnya, bisa timbul banyak “Bagaimana kalau”.
- Bagaimana kalau bis ini sesungguhnya adalah bis ke dunia lain.
- Bagaimana kalau penumpang bis ini sesungguhnya bukan manusia.
- Bagaimana kalau ternyata bis ini berakhir di Grogol, bukannya di Blok M seperti tertera di pelat rutenya.
- Bagaimana kalau seluruh bis ini sebelum turun harus menjalani tes tertulis dulu.
- Bagaimana kalau bis ini sesungguhnya adalah mesin waktu, dan seterusnya.
Persiapan apa saja yang perlu dilakukan untuk menulis sebuah kisah fantasi?
1. Ide
Pastikan ide apa yang anda garap.
Syaratnya:
- Bisa diterima pembaca. Kalaupun ide itu tak masuk akal, berilah alasan mengapa peristiwa itu seakan benar-benar terjadi, bahkan melawan hukum alam. Atau setidaknya alasan itu bisa benar terjadi di dunia rekaan sendiri itu.
- Bukan ide “tolol”. Misalnya ada tokoh jin tapi hanya ditugaskan mencari makanan jin, mungkin biasa. Tapi kalau ditugaskan menciptakan kedamaian dunia tapi malah bakal berakibat musnahnya manusia – nah itu, baru menantang.
- Menarik. Idemu harus bisa meninggalkan suatu “kenangan” pada pembaca. Nah, ini agak relatif. Entah itu ide unik, sarat pesan moral atau penuh aksi seru, coba bayangkan sendiri. Bila kita sebagai penulis jadi tokoh utama dalam kisah kita, akankah kita merasakan yang sama dengannya? Sedih, gembira, tegang, penasaran dan sebagainya.
- Sekali lagi, penggalian ide, plot dan pengembangan tokoh fantasi dan pembentukan ciri khas kita dalam menulis fantasi TIDAK BISA DIAJARKAN. Itu harus dicapai lewat banyak latihan, riset dan pengamatan.
2. Garis Besar Cerita
Buat peta tentang ceritamu: Geografinya, tokoh-tokohnya, bahasanya, sifat masing-masing dan seterusnya. Dan garis besar ceritanya, mau dibawa kemana mereka. Tokoh-tokoh baik, buruk dan “abu-abu”, pertentangan mereka dan seterusnya. Contoh: “The Song of Ice and Fire / Game of Thrones” – George R. R. Martin, yang rata-rata tokoh-tokohnya "abu-abu".
3. Riset Latar Belakang
Akan sangat membantu bila anda tahu benar latar belakang tokoh-tokoh dan TKP berdasarkan fakta yang ada. Misalnya: Tokoh anda hidup di Zaman Majapahit. Dia lapar. Dia masuk ke kebun singkong. Terus membakar singkong. Benarkah? Atau bisakah ada nama “Rahma” untuk seseorang yang hidup di Zaman Majapahit?
Riset ide/plot cerita bisa dilakukan lewat mempelajari karya-karya orang lain. Untuk riset latar belakang, akan lebih baik bila ditambah pengetahuan yang memadai tentang sejarah, geografi, struktur sosial, kebudayaan.
Sumber riset bisa dari narasumber (seorang ahli/yang berpengetahuan), atau kita sendiri yang bila perlu jadi ahli dalam suatu hal yang bisa dimasukkan dalam kisah fiksi atau non-fiksi. Kadarnya bisa dari Mbah Google, Wikipedia sampai ensiklopedia atau buku-buku referensi di perpustakaan atau dari mana saja.
4. Mulai Menulis
Sekali lagi, mengarang adalah ekspresi pribadi anda. Tata bahasa, ejaan dan lain-lain mungkin saja bisa diobrak-abrik, asal sesuai dengan warna cerita anda.
Kalau tokoh anda berkata, “Ma’em lada truz jd tiap pagie sakit peyut… (o~,o~) Ammm… ciyus? Miapah?” Ya tulis begitu agar lebih hidup. Tapi hati-hati kalau sampai editor anda nggak ngerti…
Mungkin kalimat langsung bisa anda tulis seaneh itu, tapi jangan lupa tanda baca, pemotongan kalimat, dll yang membuat pembaca nyaman. Juga editor anda.
Kadang-kadang penggambaran sesuatu yang terlalu detil juga membosankan. Usahakan ini tidak terjadi.
5. Draft 1, Draft 2, Draft 3…
Jika anda baru mulai menulis, jangan takut menulis draft. Jika tulisan anda selesai, bacakan pada teman anda atau minta dia baca. Lihat reaksinya. Atau rasakan sendiri apakah sudah cukup baik atau tidak. Jangan takut menulis ulang. Terutama dengan komputer sekarang ini, sangat gampang untuk mengubah kalimat atau bahkan paragraf.
CATATAN
Tulisan ini semua adalah fantasi. Dan hanya fantasi. Tak perlu dimasukkan ke hati. tak perlu dijadikan ilmu. Anggap saja kita omong-omong sambil nongkrong makan kue pancong.
Djokolelono, 28 Januari 2012
DJOKOLELONO adalah penulis veteran yang telah menelurkan banyak karya khususnya yang bergenre fiksi ilmiah dan fiksi fantasi, termasuk Anak Rembulan.
ANDRY CHANG adalah penulis, komikus dan game developer spesialis fiksi fantasi, fantasi ilmiah dan fiksi aksi (silat/beladiri). Kreator dunia fantasi Everna (FireHeart Saga) dan kontributor Vandaria Saga.
Comments